Title: Love Sick

Pair: Kyuwook and Kyumin

Warn: Yaoi, OOC, Typo,abal, gaje, dll

Genre: Drama, friendship, Hurt

Namja manis bertubuh mungil itu berdiri menatap dua orang namja yang telah menahun menjadi sahabatnya, ia sayangi dan juga ia cintai secara berlebih untuk salah satu diantara mereka berdua yang kini berdiri diatas altar di hadapan pendeta yang siap untuk menyatukan mereka dalam sebuah janji suci sebuah ikatan pernikahan.

Senyum itu bukanlah senyum, itu hanyalah kamuflase karena yang ada dalam hatinya yang benar ia rasakan adalah terluka. Melihat, menyakisikan, juga merasakan sebuah kebahagian cinta yang akan bersatu yang malah terasa pilu dalam relung hatinya karena kenyataaan itu, kenyataan namja -sahabat yang sangat ia cintai itu akan segera menjadi milik yang lain, seseorang yang juga adalah sahabatnya. Bukan sekedar tak terbalas sudah cintanya, namun…sudah tak ada lagi kesempatan dan alasannya untuk tetap mencintainya.

Semua orang terdengar riuh saat kedua mempelai berciuman di akhir janji suci yang telah mereka ucapkan. Sesuatu yang mendesak keluar dari pelupuk matanya sudah tak terbendung lagi dan akhirnya mengalir tanpa bisa ia hentikan hingga membasahi pipi putihnya. Kedua sudut bibirnya memang tertarik melengkungkan sebuahsenyuman namun tidak dengan matanya. Ia berjalan meninggalkan gereja itu dengan bahu bergetar menyisakan tanya pada kedua orang di atas altar sana, yang memandang kepergiannya di balik sorak sorai penuh suka para tamu yang datang.

A few years ago

Kim Ryeowook seorang namja manis berambut coklat madu dengan bibir tipis dan hidung kecil yang mancung sedang duduk termanggu di salah satu meja di sebuah cafe di dekat sekolahnya menunggu dua sahabatnya yang tak kunjung datang. Matanya berbinar senang ketika melihat sang sahabat datang memasuki cafe yang ia tempati dan berjalan kearahnya. Dua orang namja yang satu berwajah imut dan yang satunya lagi bertubuh tinggi dan berwajah tampan. Meski ia terlihat senang atas kedatangan sahabatnya yang di nanti itu, tapi ia juga terlihat sedih saat melihat tangan si namja tampan terus menggenggam tangan namja bersenyum tiga jari di sampingnya.

“Maaf membuatmu menunggu lama Wookie-ah” kata si namja imut yang mari kita panggil ia dengan Lee Sungmin sambil mendudukkan dirinya di kursi di depan Ryeowook.

“Kyunie, lepaskan tanganku” Sungmin berujar risih karena namja yang sekarang mengambil duduk di sampingnya terus menggenggam tangannya tak ada niatan untuk melepaskannya sejenak “Ani” jawab namja tampan bernama Cho Kyuhyun itu kekeh, Sungmin mengembungkan pipinya sangat imut dengan ekspresi itu, karena gemas tanpa permisi tiba-tiba Kyuhyun mencium pipi namja berbibir tipis kriting itu, membuat sang empu-nya pipi agak merona “Kau…” Sungmin yang malu memukul kecil bahu Kyuhyun “Aww! Sakit” pekik Kyuhyun agak mendramatisir.
Kedua sejoli yang mengaku bersahabat itu bertingkah sangat mesra menganggap dunia hanya milik mereka dan mengacuhkan seorang namja manis bermata indah yang menatap mereka dengan tatapan nanar dan senyum miris.

Sungmin mengalihkan pandangannya pada Ryeowook yang dia dan namja di sampingnya acuhkan sejak tadi.

“Ah, mianhae Wookie kami datangnya terlambat. Ini semua karena Kyuhyun yang sangat lelet” kata Sungmin sambil melirik Kyuhyun sejenak lalu kembali beralih pada Ryeowook.

“Gwenchana” sahut Ryeowook memasang senyum tulusnya yang manis.

“Mianhae ne Wookie” sekarang Kyuhyun sendiri yang meminta maaf dengan senyumnya yang menawan hati bagi setiap orang yang melihatnya dan membuat Ryeowook yang di tatapnya merasa gugup dengan jantung yang berdebar-debar.

“Ne” Ryeowook mengangguk kecil pada namja tersebut.

“Jadi bisa kita mulai mengerjakan tugasnya?” intrupsi Sungmin.

“Tentu”

Ryeowook POV

“Wookie-ah! Mianhae aku sepertinya tidak bisa mengantarmu. Karena Sungmin bilang dia ingin ke toko buku dulu sebelum ke rumahnya dan aku harus mengantarnya, aku takut terjadi sesuatu padanya jika di biarkan sendiri” mohon Kyuhyun padaku, dalam hati aku merasa nyeri karena perhatian Kyuhyun yang berlebih itu, ia terlalu memperhatikan Sungmin padahal aku juga sama-sama sahabatnya, namun hanya Sungmin yang ia perhatikan istimewa membuatku iri atau lebih tepatnya cemburu. Selama ini aku memendam rasa pada Kyuhyun, namun ia lebih menyimpan rasa lagi pada Sungmin.

“Wookie-ah!” ia memanggil namaku dengan wajah gusar aku balik menatapnya dengan ekspresi datar.
“Baiklah, tidak masalah”

“Gomawo”

Selang beberapa menit setelah itu Sungmin yang habis ke kamar mamlndi menghampiri kami kembali “Wookie-ah, aku boleh pulang sekarang?” tanya padaku sambil menyampirkan tas selendangnya di bahunya “Tentu saja” jawabku.

“Minnie biar aku antar, ya?” ujar Kyuhyun ia beranjak dari duduknya dan mengenakan tas ranselnya.

“Lalu Wookie?” Sungmin menatapku.

“Pulanglah dengan Kyuhyun,aku masih ada urusan di sini” kilahku pada Sungmin.

“Ya sudah, aku pergi dulu. Annyeong!”

“Ne, annyeong” Sungmin dan Kyuhyun mulai berjalan menjauhi cafe ini. Aku menepuk dadaku yang terasa sesak dan juga nyeri, harus sampai kapan aku merasa begini. Sedikitpun aku tak bisa menerima jika orang yang kucintai mencintai orang lain yang juga adalah sahabat kami.

~~~****~~~

Aku berjalan menyusuri komplek rumahku, langit senja sudah berubah gelap hanya lampu-lampu di jalan yang menyinari. Aku yang lupa membawa mantelku, memeluk diriku memberi kehangatan karena dinginnya malam di musim gugur ini, seharusnya aku tak seceroboh ini dengan membiarkan tuvuh kecilku kedinginan dengan tak membawa pakaian hangat.

“Huh~~” aku membuang nafas menimbulkan kepulan seperti asap putih dari bibirku. Aku tersenyum saat melewati taman bermain yang ada di komplek rumahku ini, aku sering menghabiskan waktu bersama Kyuhyunie di taman itu ketika kami masih SD masa-masa yang manis dan indah tapi kebersamaan kami berdua usai setelah Sungmin datang kemari dan begabung menjadi sahabat kami, setelah itu kamipun sudah tidak pernah bermain berdua lagi tapi bertiga. Serta sejak itu pula, Kyuhyun mulai berubah, ia menjadi agak acuh padaku dan hanya terfokus pada Sungmin. Apalagi sejak ibu Sungmin meninggal, semua perhatian dan fokusnya hanya tercurah pada Sungmin tanpa ada aku sedikitpun di dalamnya. Jika kami memang bersahabat mengapa kasih sayangnya padaku dan Sungmin harus berbeda?

Aku tersenyum kecut untuk pemikiran itu. Sudah jelas bukan, Kyuhyun begitu karena Sungmin bukan sekedar sahabat di hatinya, namun Sungmin adalah cintanya. Dan aku? Mungkin sesuatu yang ada padanya tanpa ada unsur berarti di hatinya. Aku hanya seorang pemeran pendamping atau figuran dalam cerita hidupnya. Pemikiran tentang Kyuhyun, cinta, dan sakit hati, tak terasa telah membawaku sampai pada rumahku yang hangat tempatku berteduh serta berlindung dari kejamnya dunia.

Normal POV

Minggu di pagi hari yang cerah ini hanya di habiskan oleh Ryeowook dengan menonton tv beracara anime dengan tangan yang sibuk memegang bungkusan snack dan tangan kanannya yang aktif mengabsen isi di dalam bungkus cemilan itu dan memasukkannya kedalam mulut kecilnya yang sejak ia mulai duduk di sofa dan menonton acara-acara itu, mulutnya tak ada berhentinya mengunyah.

“Wookie-ah!” suara bass seorang namja yang begitu ia hafal dan bisa di bilang selalu terngiang setiap saat di telinganya itu menginterupsi kegiatannya. Namja manis bertubuh mungil itu, menoleh kebelakang sofa yang ia duduki “Kyuhyunie” cicitnya senang. Ya wajah dan sosok namja sahabat karibnya itu memang selalu membuatnya senang bukan kepalang.

“Hey!” namja bernama Cho Kyuhyun itu, menepuk pundaknya seraya mengambil duduk di samping namja berparas manis tersebut.

“Hari minggumu sungguh membosankan Wookie” ucap Kyuhyun terdengar seperti mencibir, Kyuhyun mengambil alih remote tv yang Ryeowook pegang mengganti channel tv yang Ryeowook tonton, namun beberapa menit kemudia ia menyerah karena tak mendapatkan satu acarapun yang bagus untuk ia tonton.

“Lalu bagaimana dengan hari minggumu?” tanya Ryeowook pada Kyuhyun, namja berambut ikal itu mengambil bungkus snack di tangan Ryeowook dan langsung memakan isinya “Cukup menyenangkan, karena bisa menganggu hari minggumu. Week !” Kyuhyun menjulurkan lidahnya mengejek Ryeowook. Ya, jika Sungmin menjadi langganan kasih sayang Kyuhyun sebaliknya untuk Ryeowook ia malah menjadi langganan kejahilan Kyuhyun, walau tak ayal Sungmin pun kadang mendapat kejahilan Kyuhyun walau tak sesering Ryeowook.

“Wookie-ah kita main PS yuk !” ajak Kyuhyun antusias.

“Boleh-boleh” jawab Ryeowook tak kalah heboh.

Candaan serta tawa menghiasi kebersamaan mereka. Ryeowook tak menguluh ataupun merasa kesal saat berulang-ulang ia di kalahkan oleh Kyuhyun di dalam permainan, karena bisa bersama namja itu, hanya berdua saja seperti ini, tanpa Sungmin di tengah mereka, membuatnya teramat bahagia dan dapat menghilangkan segala perasaan yang tak menyenangkan membuat mood-nya selalu dalam keadaan baik. Egois? Cinta memang identik dengan keegoisan, dan begitu pula yang Ryeowook rasakan.

“Wookie-ah ada semut!” Kyuhyun menyentuh kening namja manis di sampingnya itu dan menyingkirkan seekor semut hitam kecil yang entah bagaimana ceritanya bisa melintas di kening namja bersuara tenor itu.

Ryeowook tertegun merasakan perhatian Kyuhyun yang sangat kecil namun sangat berarti untuknya itu dan membuat darahnya terasa mendesir hangat. Kyuhyun kembali pada video game yang ia mainkan ” Yeaahh !!!” teriakan senang Kyuhyun menyadarkan Ryeowook yang melamun karena terpesona “…Aku menang” ujar Kyuhyun senang dan antusias.

“Sesuai perjanjian kau harus memijitiku Wook-ah”

“Ne, arraseo” Ryeowook menaruh stick PS-nya dan berjalan dengan lutut menekuk ke lantai mendekati Kyuhyun, tangan kecil terampilnya langsung memijat bahu namja itu teratur.

“Nyamannya~” lenguh Kyuhyun keenakan menerima sentuhan dari Ryeowook “Sentuhanmu selalu membuatku nyaman Wook-ah” kata Kyuhyun sambil memejamkan matanya.

Entah mengapa perkataan Kyuhyun itu membuatnya merasa malu sekaligus tersanjung, setidaknya ada sedikit dari dirinya yang Kyuhyun sukai, dan itu membuat hati Ryeowook bahagia.

“Begini lebih enak?” Ryeowook memberikan intensitas lebih pada pijitannya.

“Hmm…” jawab Kyuhyun ambigu dengan kedua mata terpejam menikmati sentuhan Ryeowook pada bahunya.

Kebersamaan ini memang tidak ada artinya. Ya…tidak ada artinya dimatamu. Tapiku ingin ini menjadi sesuatu yang indah yang dapat ku kenangan bersamamu, walau hanya diriku yang hanya merasakan sekecil kebersamaan itu yang aku sangat berarti.

~~~****~~~

Angin sepoi-sepoi berhembus menerpa wajah tenangnya yang damai matanya terfokus pada buku baca yang ia bawa di atas pangkuannya dengan serius. Duduk di bawah pohon maple besar yang cukup tua dan rindang. Suhu rendah di padukan dengan sorot sinar matahari yang tak terhalang oleh awan hitam menggumpal membuat udara di hari itu terasa sejuk, dengan beberapa hembusan angin.

Tap tap tap

Suara derap kaki cepat tanda ada seseorang berlari kearahnya.

“Ya! Wookie”

Ryeowook menoleh kearah seseorang itu “Minnie”

“Lihat ini!”

Namja berwajah imut itu mempertlihatkan sebuah jurnal dengan cover berwarna biru sapir padanya “Apa ini?” tangannya beranjak membuka lembar buku tersebut. Ia terperangah matanyapun melebar, ia tau buku ini, milik siapa ia tau ini, dan buku apa ini, apakah hal-hal yang ia miliki selalu berkaitan dengan namja inut di sampingnya ini. Baru terbuka lembar pertama, isinya sudah membahas tentang cintanya untuk namja itu -Lee Sungmin.

“Benarkah Kyuhyun menyukaiku?” tanya namja imut itu dengan senyum merekah penuh bahagia seakan telah menemukan titik kebahagiaan sesungguhnya dalam sepanjang hidupnya itu.

Dan Ryeowook hanya dapat tersenyum lembut tak mampu mengatakan apapun.

Bolehkah ia berkata tidak dan apa yang ada dalam buku itu hanyalah kebohongan? Ya itu boleh jika saja kenyataannya memang begitu, lalu bagaimana jika tidak? Aku rasa …Seharusnya kau tau jawabannya.

~~~****~~~

Mata dengan sebuah pupil berwarna coklat karamel yang biasa terlihat bening bagai mata bayi itu agak berair menahan suatu cairan yang dapat membuat wajahnya basah dan membuatnya terlihat nampak menyedihkan. Lagi dan lagi ia harus menahan air mata terlukanya itu untuk kebahagiaan kedua sahabatnya yang akhirnya bersatu karena cinta yang mereka rasakan berdua.

Ryeowook menaruh celemek yang ia pakai di dapur rumah Kyuhyun sehabis membantunya membuat makanan untuk dinner spesial yang di siapkan Kyuhyun untuk Sungmin. Malam ini, tepat pada malam valentine namja tampan itu akan menyatakan perasaannya pada sahabat sekaligus namja yang sangat ia cintai menyisakan rasa sakit hati untuk Ryeowook.

Kakinya lunglai berjalan menuju rumahnya. Kiri-kanannya di penuhi dengan segala macam hal yanh berbau valentine -cinta, merah muda, dan sepasang muda-mudi yang menikmati hari kasih sayang tersebut. Benarkah di hari ini semua orang merasakan kebahagian karena kasih, sayang, serta cinta yang bertaburan di hari kasoh sayang ini? Rasanya perlu di sangsikan. Karena tidak begiti dengan Ryeowook yang mslah merana, karena cinta.

Indah tak selamanya indah, buruk juga tak selamanya buruk. Karena di dalam itu semua ada rasa yang sebaliknya.

…dan perjalanan penuh lara menuju rumah itu berlanjut dan entah mengapa terasa sangat lama untuk tiba.

~~~****~~~

Bertahun-tahun setelah itu, persahabat dan cinta tetap tumbuh di antara mereka. Baik yang terbalas ataupun tidak.

Mencintainya dan hanya menatap ia yang satu-satunya mendiami hatinya, telah menjadi sebuah kebiasaan untuk seorang Kim Ryeowook. Cinta yang takkan pernah ia luputkan dalam hidupnya, bukan tak mau tapi hal itu tak bisa terlepas bagai seekor lintah yang menghisap darahmu tiada puas membuatnya tak ingin melepaskan diri dari tubuhmu. Ya~ seperti itulah cinta Ryeowook untuk Kyuhyun, yang selalu melekat.

“Wookie-ah, semalam Kyuhyun melamarku!” pekik Sungmin di sebrang telepon sana. Ryeowook yang saat itu sedang berjalan dari kampus menuju rumahnya seketika menghentikan langkahnya, matanya membulat sempurna, semuanya bagaikan mimpi. Ingin rasanya ia menolak jika hal ini adalah kenyataan.

“Benarkah?” Ryeowook bertanya menahan suaranya agar tidak terdengar bergetar.

“Benar. Dia melamarku semalam. Mianhae~ aku baru memberi tau mu sekarang aku benar-benar tidak sempat Kyuhyun mengerjaiku semalaman dan hari ini dia sangat manja dia membawaku ke vila miliknya di Guangju, di sini sangat indah” ujar Sungmin panjang lebar dengan antusias yang tak berkurang sedikitpun dari setiap kata yang terlontar dari bibirnya.

Hati Ryeowook semakin mencelos. Ternyata mereka semakin jauh, sedangkan Ryeowook tak beranjak kemana pun apalagi tentang hatinya.

“Chukae Minnie-ah…” ucap Ryeowook tulus. Meski hatinya sakit terluka menerima kenyataan bahwa orang yang di cintainya akan segera menikahi sahabatnya, namun Ryeowook tetap merelakan dengan segala ketulusannya jika namja yang ia cintai akan bersatu dengan orang yang ia cintai walau hatinya terluka. Memangnya dia bisa apa melarang, mencegah, marah? Memang dia punya hak, toh Kyuhyun juga tidak mencintainya.

“Ah! Kyuhyun memanggilku. Sudah dulu ya Wookie? Sebenarnya masih banyak yang ingin aku bicarakan, tapi aku sepertinya tidak bisa. Jika senggang akan ku hubungi kau lagi” kata Sungmin dengan logat ceria dan cerewetnya. Ryeowook tersenyum kecil “Tidak masalah. Annyeong!” keduanya mengakhiri sabungan teleponnya masing-masing.

Ryeowook berlari secepat mungkin ia menangis, hatinya tak sanggup jika harus terus menahannya terus tuk menahan tangisnya. Dengan berlari, setidakntya orang takkan dapat melihat tangis dan wajah dirinya yang memilukan karena cintainya yang benar-benar sudah tak punya kesempatan lagi.

Karena tak ada lagi kesempatan untuk menampakkannya, maka yang hanya bisa ia lakukan adalah menyamarkan rasa itu. Sebentar! Kesempatan? Bukankah dari awal Ryeowook memang tak punya, sejak rasa itu datang, bukankah Kyuhyun sudah mematrikan hatinya untuk Sungmin? Jadi sejak awal ini memang sudah percuma.

~~~****~~~

Ryeowook berdiri di depan sebuah danau indah dengan airnya yang jernih dan beberapa pohon sakura yang tumbuh di tepi danau yang sedang ia pijak itu, tempat yang dulu sering ia datangi bersama Kyuhyun sebelum Sungmin datang ke kehidupan mereka. Setelah namja itu datang, tak pernah sekalipun mereka bermain dan mengukir kenangan di tempat ini lagi , karena Sungmin tak suka pergi ke danau atau tempat yang berair lainnya maka ia dan Kyuhyun bersama namja berwajah imit itu hanya akan bermain di taman ataupun di kebun. Dan pada akhirnya Ryeowook sendirilah yang akan datang ke tempat ini tanpa Kyuhyun, yang akan lebih memilih menemani Sungmin daripada dirinya.

Ryeowook duduk di atas rumput yang di tumbuh di sana, ia menjulurkan kedua kaki kecilnya dan menjadikan tangannya sebagai tumpuan di belakang tubuhnya. Semilir angin itu menerpa wajah mailakatnya, menerbangkan beberapa helai surai halusnya. Matanya terpejam untuk menikmati ketenangan juga kenyamaaan ini.

Sudah berapa lama?” suara hatinya.
“Sudah berapa lama, ya?”

Dahinya mengernyit dengan mata yang masih terpejam. Suara itu! Kenapa terdengar nyata seperti ada orang yang menduplikatnya. Karena penasaran, akhirnya mata indahnya terbuka ia menoleh ke samping dan menengadah memandang wajah seseorang yang datang itu.

“Kyuhyun-ah!” pekiknya tak percaya.

Sinar matahari yang menyorot tubuh tinggi dan wajah tampan namja tersebut membuatnya terlihat semakin memesona di manik mata karamel Ryeowook.

Sudut bibur namja tampan itu tertarik membentuk senyum lembut “Hhh~” dalam satu tarikan nafas namja itu merendahkan tubuhnya dan duduk di samping Ryeowook.

“Wookie?” ujar namja itu dengan seulas senyum di bibirnya.

“Tak ku duga kau masih mengingat tempat ini. Aku pikir kau sudah tidak pernah lagi datang ke sini” kata Kyuhyun dengan mata menerawang lurus ke depan memperhatikan sebuah cahaya jingga di ufuk barat sana yang akan segera tenggelam.

“Kau salah! Ku rasa kau yang telah melupakan tempat ini” jawab Ryeowook dengan wajah cemberutnya yang imut.

Kyuhyun tersenyum melihat wajah lucu sahabatnya itu lalu mencubit kecil pipi chubby-nya “Ya! Berapa umurmu Kim Ryeowook? Kenapa kau masih terlihat lucu saja, hm?” canda Kyuhyun yang sukses membut kedua pipi namja manis itu merona ia menundukkan wajahnya itu menyembunyikan guratan merah di pipi putihnya tersebut.

“Yang pasti aku lebih tua beberapa bulan darimu, Kyu” ujar Ryeowook pelan ia memperhatikan wajah kyuhyun di sampingnya yang menatap lurus kedepan.

“Aku merasa seakan berada di masa saat kita masih kecil dulu Wookie. Ini yang pertama kalinya kita bertemu sejak terakhir kali kita kesini. Bahkan aku sudah hampir melupakannya” kata Kyuhyun yang berusaha mengingat kenangan mereka dulu.

“Ya kau benar. Tapi aku tak pernah melupakannya Kyu” lirih Ryeowook “…karena setiap moment bersamamu tak ada yang sanggup kulupakan” lanjut Ryeowook dalam hati.

“Wookie…”

“Hn..?”

“Apa kita sahabat?” Kyuhyun menatap mata Ryeowook dalam penuh arti, saking terpananya Ryeowook hingga tak dapat berpaling sedikitpun dari kungkungan sorot mata penuh pesona itu dan terus menatapnya pula “Tentu” jawab Ryeowook lirih namun ia berusaha tersenyum untuk itu.

“Apakah akan berubah?” tanya Kyuhyun kembali, kali ini ia mengalihkan pandangannya memandang danau berair jernih di depannya, rasanya air itu mulai terlihat menarik.

“Berubah? Haha…aku akan selalu jadi apa yang kau harapkan Kyu” ucap Ryeowook halus matanya menatap wajah Kyuhyun dengan lembut. Kyuhyun melirik Ryeowook matanya menyiratkan arti kata yang sulit di tafsirkan, namun sedetik kemudian ia tersenyum tulus “Gomawo”

Ryeowook hanya tersenyum sembari menatap matahari yang mulai turun dan tenggelam di cakrawala, ia tak menyahut karena Kyuhyun ‘kan selalu tau jawabannya. Ryeowook akan melakukan apapun dan menjadi siapapun untuk namja yang ia cintai itu.

“Kyu~”

“Hm…?”

“Panggil aku hyung!”

Kyuhyun memalingkan wajahnya kearah Ryeowook dengan mata membulat “Kau aneh!” tukasnya.

Ryeowook memelas wajahnya yang meminta iba itu sungguh seperti anak kecil “Turutilah! Hari ini aku ulang tahun” rajuknya.

Kyuhyun semakin melotot “Aku lupa!” pekiknya dengan wajah yang teramat merasa bersalah “Aku tau kau memang namja yang tega. Jadi untuk segala kejahatan mu padaku, aku ingin itu” ungkap Ryeowook kukuh dengan dengan keinginannya.

“Baiklah…akanku turuti. Hyung~ saengil chuka hamnida” ujar Kyuhyun lembut sambil mengulas senyum menawannya, Ryeowook tersenyum sangat senang karenanya.

“Satu lagi” pintanya manja.

“Apa itu?”

“Aku ingin kau memeluku Kyu~” ucapnya dengan lirih.

Kyuhyun langsung menarik tubuh kecil Ryeowook dalam pelukannya “Hangat?” Kyuhyun semakin mengeratkan pelukannya untuk namja mungil dalam pelukannya itu “Sangat hangat” ucap Ryeowook sambil tersenyum penuh arti.

Inikah yang terakhir? Entahlah, karena kebahagian yang namja mungil itu harapkan memang tak pernah di mulai. Dia hanya ada dalam perasaan cukup senang, ya…senang karena dapat menjadi orang yang cukup penting bagi namja yang sangat ia cintai itu tanpa pernah bisa berkurang setiap detiknya yang berlalu.

“Wookie-ah…apa aku kan bahagia setelah ini?”

“Kau harus bahagia Kyu~” tutur Ryeowook mutlak.

Senja itu dimana mataharipun sudah mulai tenggelam di ufuk barat sana, menyudahi tugasnya menerangi bumi memberinya kehangatan juga keceriaan walau juga ada setiap tangis dan perjuangan di balik itu semua bagi setiap insan di bumi. Termasuk untuk kedua namja yang masih berpelukan itu.

Dan hari itupun berakhir…

~~~****~~~

Kaki mungilnya menyusuri tempat yang di sulap sedemikian indahnya, karena tempat ini akan menjadi saksi semuanya…cinta yang bersatu dalam satu ikatan pernikahan dan hatinya hancur karena cinta, kesempatan, dan hidupnya akan segera hilang di miliki orang lain. Bolehkah di katakan orang lain? Sedangkan namja yang akan di nikahi namja yang ia cintai adalah sahabatnya. Sahabat tak ayalnya seorang saudara yang kau pilih sendiri, bukan? Ryeowook menunduk dan tertawa kecil, merutuki kebodohannya yang terjebak dalam situasi ini, cinta sepihak dalam hubungan persahabatan yang ia miliki. Bodoh! Karena ia harus merasa bahagia di balik kepedihannya. Bahagia untuk apa? Formalitas? Bukankah begitu. Berpura-pura baik-baik saja. Hal itu memang yang harus selalu ia lakukan sekalipun Sungmin dan Kyuhyun bukan sahabatnya. Karena kenyataannya ia tak patut menampakkan ketidak sukaannya karena tak berhak kecuali Ryeowook adalah makhluk tak tau malu yang tak punya perasaan. Lagipula cintanya hanya cinta sepihak, jika ia sakit hati tak ada yang harus bertanggung jawab bukan? Malang.

Ia berdiri di depan sebuah rangkaian bunga lili yang wangi yang terangkai di sebuah meja di ruangan itu. Wangi semerbaknya sangat harum, Ryeowook memejamkan matanya menikmati itu. Betapa ia merasa tenang tuk sejenak, melupakan kalau sekarang ia sedang patah hati.

“Ryeowookie…!” seseorang menggemakan namanya di ruangan itu. Mata kecilnya terbuka menampakkan manik karamel beningnya, ia menoleh untuk memastikan siapa gerangan yang memanggil namanya.

“Sungminie…!” pekik Ryeowook. Namja dengan raut wajah yang terlihat senang belakangan ini karena persiapan pernikahannya, menghampiri Ryeowook dengan senyuman manis yang syarat akan kebahagiaan di bibirnya.

GREPP

Namja imut itu memeluk tubuh Ryeowook “Wookie-ah aku bahagia….sekali” ucap namja itu senang. Ryewook tersenyum tipis dan mengelus punggung namja itu lembut “Kalau begitu selamat untuk kebahagiaanmu” ujar Ryeowook halus. Sungmin mengangguk dalam pelukan Ryeowook.

Perlahan kedua namja cantik itu melepaskan pelukan mereka masing-masing “Wookie-ah…benarkah kau akan pindah ke Busan?” tanya Sungmin dengan mimik wajah sedih “Jangan sedih Sungminie! Kita masih dapat bertemu walau kita jauh, aku bukan pindah dari bumi kok” canda Ryeowook mencairkan suasana hati Sungmin yang sedih karena pembahasan ini “Aku ingin mencari hidupku yang sesungguhnya, aku tak mau terus merecoki kalian” katanya lagi “Kau mau mencari jodohmu Wookie?” tanya Sungmin polos “Ne! Aku juga ingin menikah seperti kalian. Kelak kita harus menjodohkan anak kita Minnie” tutur Ryeowook dengan seulas senyum manis.

“Kau selalu mengatakan itu” sahut Sungmin sambil tertawa kecil.

“Hehehe…”

Dia yang selalu memikirkan kepentingan orang lain daripada kepentingan dirinya sendiri, takkan mampu membuat dua namja yang sangat berarti di dalam hidupnya itu bersedih. Biarkan dia ya hanya dia. Biar rasa sedih dan tak menyenangkan lainnya hanya ia yang rasa, bukankah ia selalu begitu? Terkadang menjadi egois itu lebih manusiawi. Namun setiap manusia punya cara untuk hidup dan mencari kepuasannya sendiri, jadi beginilah Ryeowook, beginilah cara ia memuaskan dirinya dengan menumbalkan kebahagiaan dirinya sendiri, untuk setiap senyum orang lain. Ia tak mampu untuk sedikit saja berdikap egois untuk kebahagiannya.

“Gwenchana?” tanya Sungmin sembari menepuk pundak Ryeowook yang tiba-tiba melamun “Apa aku terlihat seperti orang sakit?” tanya Ryeowook dengan wajah konyol.

“Hahahahaha…” gelak tawa Sungmin.

~~~****~~~

Gemericik air hujan di luar sana masih terdengar sedikit samar dari dalam sebuah apartement sederhana yang di diami oleh seorang namja manis yang sudah setahun tinggal di kota Busan itu, setelah bertransmigrasi dari Seoul untuk memulai hidupnya yang baru di kota besar itu, mengingat hujan di luar tidak sebesar malam kemarin.

Ryeowook beranjak dari tempat tidur nyamannya menyibakkan tirai jendelannya, menatap hiruk pikuk kota yang sudah mulai ramai di tengah rintikan hujan dengan senyum manisnya “Hari baru!” gumamnya sambil menatap jalanan Busan sana dengan tatapan penuh makna.

Tak terasa waktu terus bergulir menyongsong masa depan, tak pernah terhenti ataupun mundur ke masa lalu terus berjalan seperti air yang terus mengalir tanpa hambatan menuju hilir. Hidupnya terasa tenang dan damai, namun cintanya tak bisa beranjak sedikitpun dari hatinya. Menyebalkan! Ini benar, ini benar ketika ia mengatakan kebahagiaannya akan hilang ketika namja itu menikah. Karena sampai sekarang hidupnya sudah tenang namun hatinya masih hampa tak sehidup dirinya. Sulit memang.

Drrttddrrtt

Ponselnya bergetar Ryeowook menoleh dan beranjak mengambil benda persegi panjang itu. Ragu ia mengangkat panggilan yang masuk pada ponselnya karena sebuah nomer tak di kenal menghubunginya “Yeobseo~” tuturnya pelan pada seseorang di sebrang sana yang menelponnya.

Sejenak Ryeowook mendengarkan, memperhatikan suara suara yang terdengar dari benda elektronik itu. Ryeowook mencengkram kuat ponsel dalam genggamannya itu, matanya membulat tak percaya. Air muka mengeras ia terlihat gusar.

SRETT

Ryeowook beranjak cepat mengambil mantel dan tas ranselnya, ia berlari secepat mungkin meninggalkan apartement-nya serta menghentikan sebuah taksi dan memasukinya dengan terburu “Seoul” satu kata yang keluar dari bibirnya pada sang supir taksi.

Hari itu langit masih terlihat gelap karena awan gelap menutupi sinar sang surya, air hujan pun masih terus membasahi Busan yang bagai menggantarkan kepergian Ryeowook menuju Seoul, kota penuh kenangan yamg sudah lama ia tinggalkan.

Pakaiannya basah kuyup, rambutnya terlihat berantakan begitu pula wajahnya, hampir seluruh kota di negara ini sedang landa hujan dan begitu pula Seoul. Ryeowook berjalan dengan sangat pelan dengan hati yang campur aduk, berjalan pada sebuah gedung dimana setiap manusia sakit tinggal di tempat itu untuk memulihkan kondisi fisik maupun psikisnya , dimana tempat itu hampir seluruhnya di dominasi oleh warna putih. Langkahnya berhenti di sebuah kamar seorang pasien yang sangat ia kenal, nama orang itu tertera pada pintu kamar tersebut. Entah mengapa ia tak berniat untuk masuk ke dalam sana dan hanya melihat keadaan di dalam dari kaca yang terdapat pada pintu tersebut. Memperhatikan keadaan seorang namja yang tengah terbaring lemah di atas ranjangnya dengan beberapa alat medis yang tertancap di tubuhnya yang sekarang terlihat sangat ringkih tak sekokoh dulu di hari dimana ia meminang sahabatnya. “Kyu…” lirihnya, tangannya berusaha menggapai sosok yang sedang terbaring di atas ranjang pasien itu dari kaca yang ia lihat “Kenapa begini?” ujarnya dengan suara bergetar terdengar terluka ia menundukkan wajah manisnya membiarkan air matanya menetes keatas lantai rumah sakit itu. Bahunya bergetar hebat ia susah tak dapat membendungnya tangisnya lagi.

~~~****~~~

Ryeowook memandang Kyuhyun yang sedang duduk di taman rumah sakit di bangku panjang di dekat sebuah pohon cendana besar yang tumbuh di sana dengan di keliling anak-anak kecil yang bisa di katakan memiliki nasib yang kurang beruntung karena harus di hinggapi penyakit ganas yang dapat menyakiti tubuh kecil mereka yang ringkih. Namja itu tersenyun cerah pada paras pucatnya melihat tingkah anak-anak kecil itu. Ia hanya sendiri karena Sungmin ada urusan yang harus ia kerjakan dan harus meninggalkan Kyuhyun di rumah sakit dan menitipkannya pada Ryeowook yang datang untuk melihat namja itu, namun belum di ketahui oleh Kyuhyun karena Ryeowook yang memintanya.

Kyuhyun -namja itu terkena kanker otak stadium akhir. Kanker yang baru ia ketahui sekarang di tengah keterlambatannya untuk dapat menyembuhkannya dari penyakit mematikan itu. Ini sudah terlaku akhir, sudah tak ada kesempatan namja itu untuk sembuh bahkan jika ia melakukan kemoterapi sekalipun ia tetap tak memiliki kesempatan untuk bertahan. Ryeowook menangis semakin tergugu, ia menutup mulutnya dengan tangan kananya, agar tak ada yang dapat mendengar isakannya apalagi Kyuhyun, karena namja manis itu tidak berdiri jauh dari tempat Kyuhyun terduduk.

“Mau sampai kapan kau di situ? Kau pikir aku tak tau kau datang” tukas Kyuhyun, matanya melirik kebelakang tubuhnya dimana Ryeowook berdiri.

Ryeowook menyeka air matanya berjalan pelan menghampiri Kyuhyun yang duduk tenang di bangku panjang di depannya “Kyu~” gumamnya pada namja itu ketika ia sampai di depannya “Kau! Duduklah” Kyuhyun menepuk tempat duduk di sampingnya agar Ryeowook dapat duduk di sana, ia menyunggingkan senyumnya untuk namja cantik itu. Ryeowook mendudukan diribya di tempat itu, ia memandang lembut wajah sahabat sekaligus namja yang sangat di cintainya itu “Kau kapan datang?” tanya Kyuhyun “Kemarin. Aku datang saat kau tidur” jawabnya.

“Kenapa kau pergi? Kau tau aku sangat kehilanganmu. Aku tak biasa hidup jika tak melihat sosokmu Ryeowookie…” ujar Kyuhyun yang entah mengapa terdengar lirih “Kau egois Kyunie..aku tak bisa selalu bersamamu. Bagaimanapun keadaannya lain, kau sudah bersama Sungmim, dia adalah suamimu” tukas Ryeowook matanya kembali terasa perih saat harus membahas ini lagi, hal yang membuat hatinya terasa mati “Aku juga ingin mencari kebahagiaanku” ucap Ryeowook pelan hampir tak terdengar. Kyuhyun menyungingkan senyumannya “Bagaimanapun aku telah memilih. Mianhae~ aku menyakitimu”

“Kyu!” Ryeowook menatap Kyuhyun tak percaya, apakah namja itu tau tentang perasaannya pada namja itu “Mianhae~ untuk semuanya. Keegoisanku, ketidak pekaanku, dan kebodohanku yang membuatmu terluka. Aku yang bodoh karena kebimbanganku yang tak mampu memperrahankan seseorang yang kubutuhkan selama ini dan membuatnya terus menangis juga menyakitinya. Aku selalu menutup mataku berpura-pura tak tau mengikuti apa yang ia lakukan. Aku bodoh! Dan aku menyesal saat waktu sudah tak ada di tanganku” Kyuhyun memandang kepalan tangan kosongnya sedangkan Ryeowook hanya menangis dalam diam mendengarkan dengan setia setiap kata yang terlontar dari bibirnya.
“Apa aku menyakitimu lagi Wookie-ah?” Kyuhyun bertanya seraya menatap mata Ryeowook lembut. Ryeowook menggeleng dalam isak tangisnya “Kau bohong” Kyuhyun tersenyum lebar sampai membuat bulatnya menyipit sampai dan tak terlihat lagi “Tidak! Aku tak pernah berbohong padamu. Aku mencintaimu Kyu~” ujar Ryeowook pilu penuh kepedihan, akhirnya setelah sekain lama ia dapat menyatakan perasaannya yang bertahun-tahun telah ia pendam untuk namja tampan yang sekarang terlihat lemah itu “Bolehkah aku mengatakannya lagi? Mianhae…aku tak pernah memberimu kesempatan untuk mengatakan itu, aku terlalu takut menerimanya. Aku takut menyakitimu” Kyuhyun berucap halus penuh perasaan sembari membelai paras cantik Ryeowook.

Ryeowook menghambur memeluk Kyuhyun erat penuh cinta “Aku sangat mencintaimu Kyu…bisakah kali ini jangan tinggalkanku. Tinggalah bersamaku, aku tak bisa jika kau tak ada” Kyuhyun tak menyahut namja itu hanya tersenyum dan mengelus punggung namja itu, menenangkannya membiarkan ia mengungkapkan segala keresahan hati yang selalu dia rasakan “Aku tak punya itu Wookie…aku tak punya janji yang bisa ku tepati sekarang. Bukan aku tak mau, namun aku tak bisa. Waktuku untuk berjanji sudah tak ada. Inilah saatnya Wookie…inilah saatnya kau bahagia aku akan pergi membawa cinta ini. Cinta yang membuatmu terluka dan tersiksa, aku ingin kau bahagia, aku tak mau lagi membuatmu menangis. Tuhan mengambil nyawaku mungkin untuk menghukumku yang telah membuat malaikat kecilnya terus menangis dan dengan ini ia juga ingin membiarkan kau bahagia karena akulah sumber penderitaanmu. Mianhae~ aku terlambat untuk ini, untuk cintaku padamu. Saranghae~” Kyuhyun menatap dalam mata Ryeowook penuh dengan sorot perasaan cinta yang dalam yang baru ia sadari setelah namja itu pergi dari sisinya.

Selama ini ada sebuah perasaan yang namja itu tak mengerti apa ketika ia bersama namja yang sejak kecil telah tumbuh dengannya bermain bersama membagi kasih sebagai seorang sehabat sehingga sebuah perasaan lain tumbuh di hati mereka. Namun sebuah penyangkalan harus datang untuk perasaan cintanya pada Ryeowook, karena seseorang yang selalu ia lihat, yang ia yakin yang paling dia inginkan dan mengabaikan seseorang lagi yang selalu memenuhi kebutuhan hatinya akan namja itu. Awalnya ia baik-baik saja dan yakin dengan pilihannya, namun setelah semuanya berjalan dan ia ada pada pilihannya dan menerima namja yang juga selalu memenihu hatinya pergi untuk menyerah akan cinta itu dan berusaha mencari hidupnya yang baru. Ia baru merasakan ini salah, jalan yang ia pilih terlalu perih dan tak bahagia, ia pun tak mau seperti ini. Sampai pada akhirnya tinggalah penyesalan.

“Mianhae” entah sudah berapa kali kata itu terus terlontar dari bibir tebalnya, Kyuhyun menangkup wajah kecil Ryeowook bagai tersihir dengan sorot mata teduh yang selalu membuat hatinya bergetar namja itu mendekatkan wajahnya pada namja mungil di depannya menyatukan bibir mereka, menyalurkan cinta itu, cinta yang tersembunyi di dalam hati mereka yang tak pernah dapat di ungkapkan dan di tunjukkan, ini sangat sakit dan perih ciuman pertama mereka ini terasa piluh dan menyakitkan, bukan di penuhi bunga-bunga cinta pada umumnya, namun hanya dinprnuhi air mata. Keduanya menangis dalam ciuman panjang tanpa nafsu itu.

~~~****~~~

Waktu telah membawa cintanya dan juga hidupnya. Sekarang, lebih tepatnya setelah namja itu pergi kehidupannya berjalan seperti sebelum-sebelumnya, bila yang Kyuhyun harapkan adalah dalam kepergiannya itu Ryeowook bisa menemukan kebahagiannya lagi namja itu tak sepenuhnya benar, karena nyatanya hidup Ryeowook semakin terasa menyedihkan ia merasakan hidupnya semakin hampa. Warna-warna indah itu telah berubah semu, tak ada lagi hari yang indah, yang ada hanya kelabu. Cintanya hilang pergi di bawa sang terkasih, meski dari awal ia tak dapat memilikinya, setidaknya raganya dapat merasakan hadirnya, cintanya, namun sekarang? Jangankan untuk itu, tidak ada lagi senyum menawan yang dapat menggetarkan hatinya. Sekarang hatinya terasa mati tak ada lagi sosok yang membuatnya bahagia karena cinta.

Hari yang indah selalu memberi motivasi dan semangat yang tinggi bagi kita untuk menjalani hari. Begitupula dengan hari ini, dimana hari ini seindah hatinya. Saat ia dalam suasana hati yang baik, ia akan pergi mengunjungi tempat singgah terakhir namja yang selalu ia cintai dengan membawa rangkaian bunga daisy yang cantik. Saat ia sudah berada di bukit dimana jasad namja yang di cintainya di semayamkan di sana. Ia memutuskan untuk tidak mendekat saat melihat dua sosok namja yang ia kenali namun tidak untuk namja bertubuh tinggi atletis yang sedang tersenyum menampakkan lesung pipitnya pada namja imut yang sangat familiar untuknya.

“Sungmin” gumamnya pelan menyebutkan nama salah satu dari kedua namja yang ia yakin sedang berziarah ke makam Kyuhyun itu.

Keduanya terlihat sangat bahagia, Sungmin terlihat sedang bicara pada pusara yang terdapat pada makam namja yang ia cintai. Mungkinkah namja itu telah menemukan pasangan hidupnya kembali dan datang untuk memperkenalkannya pada Kyuhyun? Ya…mungkin saja. Sudut bibir Ryeowook tertarik melengkungan senyuman tulus. Akhirnya sahabatnya itu sudah dapat menemukan kebahagiannya kembali dan tidak terpuruk lagi.

“Sungminie!” panggil Ryeowook pada namja imut itu sambil berjalan menghampirinya “Wookie…” pekik Sungmin senang ia menghambur memeluk sahabat yang telah lama tak di temuinya itu “Kau datang untuk berdoa untuk Kyuhyun?” tanya Sungmin “Em…aku sangat merindukannya” jawab Ryeowook dengan wajah merana “Kulihat tadi pagi saat aku datang kesini aku masih melihat banyak bunga daisy di makam Kyuhyun. Jangan katakan kau datang kesini setiap saat” kata Sungmin.

“Hehehehe….” Ryeowook tertawa sambil mengusap tengkuknya “Aku selalu ingin menemuinya setiap saat” tutur Ryeowook “Dari awal memang kaulah yang pantas untuk Kyuhyun” ucap Sungmin “Dia seharusnya memilihmu” kata namja itu pelan “Tidak. Kau juga pantas bukankah kita sahabat? Kita pantas tuk bersama” ujar Ryeowook dengan senyum yang sangar tulus “Mianhae~” kata Sungmin yang tiba-tiba meminta maaf “Aku tidak menerima permintaan maaf Lee Sungmin!” ucap Ryeowook tegas “Karena tak ada seorang pun yang bersalah diantara kita” tuturnya lagi.

“Gomawo”

Sungmin kembali memeluk tubuh Ryeowook erat dan tanpa mereka sadari mereka telah mengacuhkan seorang namja lainnya yang masih setia berdiri memperhatikan mereka “Ehem!” namja itupun berdehem meminta perhatian kedua namja cantik itu. Sungmin melepas pelukannya pada Ryeowook dan segera merangkul tangan sang namja “Ah! Wookie-ah ini adalah Choi Siwon. Dia adalah….namjachingu-ku dan sebentar lagi kami akan menikah” ujar Sungmin dengan tersipu malu “Ah! Jinja? Chukaeyo…” ucap Ryeowook sambil menjabat tangan kedua namja di depannya secara bergantian “Gomawo” ucap keduanya.

“Kau harus datang Wookie-ah!” kata Sungmin.

“Tentu saja” sahut Ryeowook pasti.

“Kalau begitu kita pergi dulu Ryeowook-sshi. Senang bertemu denganmu” namja yang telah di ketehui bernama Choi Siwon itu membungkukkan badannya dan menyunggingkan senyum ramahnya untuk Ryeowook.

“Ah, salam kenal juga” Ryeowook ikut membungkukkan badanya.

Kedua namja yang terlihat bahagia itupun pergi menyisakan Ryeowook yang masih tersenyum menatap kepergian keduanya, dengan sebuket bunga yang masih setia ada di genggamannya. Setelah dua sosok itu telah menghilang dari penglihatannya. Ryeowook berjongkok di depan makam Kyuhyun “Kau bosan akau datang lagi, Kyu?” Ryeowook menaruh bunga yang ia bawa pada makam Kyuhyun, kedua tangannya saling bertautan. Ia memejamkan matanya memanjatkan doa’nya untuk Kyuhyun di surga sana sejenak.

“Kalaupun kau bosan, aku takkan pernah berhenti datang kemari. Camkan itu baik-baik!” ancam Ryeowook dengan wajah sinis namun sejurus kemudian ia tertawa “Aku bercanda. Kyu? Apa kau senang melihat Sungmin dan namja itu? Kalau aku senang, karena itu artinya ada yang dapat menggantikanmu di sisi Sungmin dan kau hanya untukku sekarang. Kau pikir aku gila? Aku waras. Tapi aku rasa juga gila….ya! Aku gila karena mu” ujar Ryeowook sambil menuding foto Kyuhyun pada pusara itu “Hhh~ tapi aku baik-baik saja. Karena beginilah caraku tuk hidup” ucapnya sambil tersenyum, ia mengadah memandang langit biru yang sangat cerah hari ini.

Jika aku boleh kukatakan setiap detik hidup ini ku ingin menangis, kebahagiaanku karenamu telah hilang kau bawa pergi. Namun hidup tak hanya memiliki satu sisi keindahan dimana ku dapat bahagia karena cinta itu saja, karena dari sisi lain aku masih dapat tersenyum. Namun satu arti bahagia yang tulus dalam hatiku telah kau bawa pergi. Jangan kau pikirkan kesedihanku karena cinta, karena aku bukan seorang peratap cinta yang ‘kan terus menangis dengan frustasi karena cintaku yang kandas. Aku terlalu mencintaimu sehingga tak ada alasan bagiku untuk menangis dan bersedih karena menyesali cintaku padamu. Hidup itu indah kok, dalam beberapa hak karena tak semua hal dapat kau raih ada yang harus pergi dari genggamanmu, karena hidup itu adil walau dengan caranya yang menyakitkan.

END